Tuhan Bersemayam dalam belas kasih

Renungan Minggu Ini

Minggu, 22 Juli 2012 (Minggu Biasa)

 "TUHAN BERSEMAYAM DALAM BELAS KASIH"

 (II Samuel 7:1-14a; Markus 6:30-34, 53-56)

 Tuhan Yesus berbelas kasih terhadap sejumlah besar orang banyak yang selalu mengikuti kemana Ia pergi.  Kendati mengalami kelelahan dan membutuhkan waktu untuk beristirahat setelah pelayanan yang begitu intens, namun karena belas kasih-Nya maka Ia setia melayani orang banyak  yang membutuhkan pengajaran-Nya. Demikian halnya ketika sampai di Genesaret, berbondong-bondong orang mengusung sanak-saudara mereka yang sakit di tepian jalan, karena mereka yakin akan sembuh hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan merekapun menjadi sembuh. Tuhan Yesus terharu oleh kesederhanaan iman mereka sehingga mereka disembuhkan dari sakitnya.

Sebuah nyanyian meditatif dari Taize, gubahan Jacques Berthier (1978), mengungkapkan, “Ubi caritas et amor, ubi caritas, Deus ibi est” yang dalam versi bahasa Indonesia dialihbahasakan menjadi, “Di dalam cinta dan kasih, di dalam cinta, hadirlah Tuhan.”Ya, Tuhan bukanlah illah sesembahan bangsa-bangsa yang berdiam di dalam kuil-kuil berhala. Tuhan bukan pula seperti dewa-dewi Yunani yang bersemayam dalam kuil Parthenon di Athena. Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup, sumber cinta kasih, dan tentunya bersemayam atau bertakhta dalam cinta kasih. Persisnya, dalam hati dan diri yang penuh dengan belas kasih. Karena itulah, Allah tidak berkenan ketika Daud berniat mendirikan rumah persemayaman bagi-Nya di tengah bangsa Israel. Bagi Allah, ketika kehidupan Daud menunjukkan ketaatan dan kepemimpinan yang berwelas asih kepada rakyatnya, di sanalah Allah bertakhta.

Bagaimana dengan kita sebagai umat Tuhan? Sudahkah kita mempersembahkan tempat persemayaman bagi Tuhan dalam diri kita? Kalau kita ingin Allah berkuasa atas hidup kita, tak ada cara lain kecuali membangun karakter diri yang penuh dengan belas kasih (welas asih) bagi sesama. Tuhan memberkati.