Hidup Jujur dan Setia, Buah Relasi dengan Tuhan

Renungan Minggu Ini

Minggu, 14 Oktober 2012

(Bulan Keluarga 2012)

“HIDUP JUJUR DAN SETIA, BUAH RELASI DENGAN TUHAN”

(Ayub 23:1-9, 16-17; Markus 10:17-31)

 Ayub menggambarkan, bahwa Allah tidak dapat dikotakkan dengan pemikiran manusia seperti yang dikatakan Elifas, sehingga ia berkata, ”Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak ku dapati Dia…” (Ayub 23:8-9). Karena maka manusia tidak dapat mengelak dari Dia, yang dibutuhkan di hadapan Allah adalah kejujuran. Karena itulah Ayub berkata, ”Orang jujurlah yang akan membela diri di hadapan-Nya” (Ayub 23:7).  Dalam ketidakberdayaan, manusia harus tetap jujur – jujur pada diri sendiri, jujur pada sesama dan jujur pada Allah.

Markus 10:17-31 menceritakan keinginan orang kaya mengikut Yesus. Dengan bangga orang kaya itu menyatakan bahwa sejak masa mudanya telah menjalankan semua perintah agama. Mendengar jawaban orang kaya itu, Yesus menaruh belas kasihan. Mengapa? Karena anak muda itu hanya mengikuti daftar aturan dan bukan Tuhan. Itulah sebabnya ketika Yesus meminta agar orang itu agar menjual segala miliknya serta membagikannya kepada orang-orang miskin, ia segera menolak. Dengan sedih ia pergi meninggalkan Yesus, sebab hartanya banyak. Kemungkinan, ia menjalani kesalehan cuma untuk keharuman namanya, atau hanya mengikuti hasrat pribadi. Itu berarti, pertanyaannya tentang hidup yang kekal tidak berangkat dari hati yang jujur.

Hidup mengikut Yesus membutuhkan totalitas. Artinya, seorang yang mengaku pengikut Yesus berusaha secara utuh berjuang untuk mengikut teladan Yesus. Bukan sekadar mengikuti aturan. Dampak atau buah orang yang hidupnya memiliki relasi yang baik dengan Tuhan adalah melakukan nilai-nilai yang Yesus ajarkan, termasuk kehidupan yang dijalani dengan jujur. Tuhan memberkati.