Hidup Setia dan jujur, Pintu Gerbang Pemulihan

Renungan Minggu Ini

Minggu, 28 Oktober 2012

(Hari Reformasi Gereja, Penutupan Bulan Keluarga 2012)

HIDUP SETIA DAN JUJUR, PINTU GERBANG PEMULIHAN

( Ayub 42:1-6, 10-17; Markus 10:46-52 )

 Ada banyak persoalan yang bisa muncul dalam hidup berkeluarga. Perselisihan kecil hingga cekcok yang besar. Masalah pengelolaan keuangan hingga masalah cara mendidik anak. Dan rupa-rupa persoalan lainnya. Tidak jarang, akumulasi persoalan-persoalan itu membuat tidak nyaman – bahkan melukai – anggota-anggota keluarga. Apa pun usaha yang dilakukan, tidak akan menemui penyelesaian, jika tanpa kejujuran dan kesetiaan. Dalam kejujuran ada keterbukaan dan penerimaan – menghargai yang orang lain pikirkan dan rasakan. Dalam kesetiaan ada kepercayaan – memercayai bahwa orang lain punya niat baik untuk menyelesaikan persoalan.

Kesetiaan dan kejujuran Ayub di hadapan Allah membawa pemulihan bagi dirinya. Kasih Allah pun dinyatakan bagi Ayub yang tetap setia. Kondisinya dipulihkan. Sakitnya disembuhkan. Bahkan ia menerima kembali harta dan keluarga yang berkali-kali lipat diri sebelumnya. Mengiringi kejujuran dan kesetiaan hidup, hadirlah kemurahan Allah yang memulihkan.

Keteguhan hati Bartimeus yang buta untuk memohon pertolongan dari sang Anak Daud (berarti ia memercayai Yesus sebagai “Sang Mesias”), berbuah manis. Yesus pun berkenan menyembuhkannya. Satu hal menarik bisa kita simak dalam peristiwa ini, yaitu bahwa Yesus merasa perlu untuk bertanya kepada Bartimeus, apa yang diinginkannya. Rupanya Yesus ingin menyaksikan kejujuran dan keterbukaan Bartimeus. Allah menghargai sikap Bartimeus yang terus terang dan rendah hati. Ia pun dipulihkan.

Persoalan keluarga pun akan terselesaikan ketika kita mau datang kepada Tuhan untuk memohon solusi yang terbaik. Namun, satu hal yang perlu kita perhatikan : datanglah kepada-Nya dengan kejujuran dan kesetiaan yang total – jangan ada yang ditutup-tutupi. Tuhan memberkati.