MENGENANG MASA LALU DAN MENGINGAT FIRMAN DALAM MENGHADAPI PENCOBAAN

Renungan Minggu Ini 6Maret 2022

 (Minggu Pra Paskah I, Minggu Pertama)

“MENGENANG MASA LALU DAN MENGINGAT FIRMAN DALAM MENGHADAPI PENCOBAAN"

(Keluaran 26:1-11  dan Lukas 4:1-13)

Pada bacaan pertama Musa berbicara kepada bangsa Israel menjelang memasuki tanah Kanaan. Musa berpesan supaya mereka tidak lupa mensyukuri kehidupan dengan semua pencobaan yang telah mereka alami. Ucapan syukur itu diwujudkan dalam bentuk persembahan dari hasil panen dan menceritakan atau mengenang sejarah bangsa mereka dari awal mula berada di Mesir dan terlunta-lunta di sana hingga akhirnya Tuhan melihat dan mendengar seruan mereka serta membawa mereka  ke tanah yang dijanjikan dan diberikan kepada Israel turun temurun. Musa ingin bangsanya mengingat bagaimana Tuhan mengubah kehidupan Israel dari bangsa yang yang ditindas, tanpa identitas, diperbudak dan terasing di negeri orang, menjadi bangsa merdeka, di tanah pemberian Allah, dan bebas menentukan masa depan mereka. Tuhan telah mengubah kematian menjadi kehidupan.

Sikap Yesus dalam bacaan Injil juga menunjukkan bagaimana Ia hidup dalam kehendak Allah betatapun pencobaan mendera-Nya. Dua hal yang penting dari bacaan tersebut yang membuat seseorang tetap hidup dalam Allah meskipun pencobaan mendera, adalah: Pertama, ia mengingat segala kebaikan Allah. Kedua, ia mengingat setiap firman yang meneguhkan dalam pencobaan yang hadir. Amin.

MENYINGKAPKAN SELUBUNG UNTUK DAPAT MELIHAT KEMULIAAN-NYA

Renungan Minggu Ini 27Februari 2022

 (Minggu Biasa, Minggu Keempat)

MENYINGKAPKAN SELUBUNG UNTUK DAPAT MELIHAT KEMULIAAN-NYA "

(2 Korintus 3:12–4:2 dan Lukas 9:28-43)

 

Dalam bacaan pertama, Paulus bersaksi kepada orang-orang Yahudi, ia mengajar orang-orang Yahudi dengan mengingatkan peristiwa dimana Musa mengenakan selubung pada mukanya. Musa menutupi wajahnya dengan selubung sebagai bentuk ketidakmampuan Musa untuk jujur dan terbuka di hadapan bangsa Israel.

 

Berbeda dengan Musa, kemuliaan Allah yang terpancar dalam diri Yesus bersifat kekal dan tidak pernah pudar karena berasal dari dalam diri-Nya. Hanya di dalam Kristus, setiap orang yang percaya dapat melihat kemuliaan Allah yang melampaui segala sesuatu. Selubung yang selama ini menutupi hati dan pikiran umat untuk memahami karya Allah, telah disingkapkan di dalam diri Yesus Kristus. Paulus mengajak setiap orang untuk percaya kepada Kristus dan menyadari akan keberadaan dirinya sebagai cermin kemuliaan Tuhan.

Dibutuhkan sebuah keberanian untuk menyingkapkan selubung dalam kehidupan kita, agar setiap orang dapat melihat kemuliaan Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan kita. Cara untuk menyingkapkan selubung itu dengan menolak dengan tegas segala tindakan tersembunyi yang memalukan dan menyatakan kebenaran. Setiap kita diundang untuk hidup benar di hadapan Tuhan dan menjadi teladan bagi sesama. Amin

PERTOBATAN POLA PIKIR

Renungan Minggu Ini 13Februari 2022

 (Minggu Biasa, Minggu Kedua)

PERTOBATAN POLA PIKIR "

(Yeremia 17:5-10 dan Lukas 6:17-26)

Saudara-saudaraku, bagaimana kabar hari ini? Apakah sesuai dengan bacaan Injil hari ini, Saudara sudah berbahagia? Jika sudah berbahagia, puji Tuhan. Namun jika masih sulit bahagia, mungkin ada yang belum tepat dengan cara kita memahami Injil hari ini. Yesus mengidentifikasi empat area di mana kita harus berpikir secara berbeda dari yang biasanya kita duga dan pikirkan, agaknya itu yang menjadi kunci kebahagiaan. Kita sederhanakan dengan beberapa pertanyaan:

Pertama, saya miskin tapi kok saya tidak bahagia? Kedua, saya pernah lapar dan haus, kok saya tidak bahagia? Ketiga, saya menangis tapi kok saya tidak bahagia? Keempat, saya dibenci, ditolak, tapi kok saya tidak bahagia? Hal-hal inilah yang akan kita renungkan melalui kedua bacaan untuk dapat menemukan jawabannya.

Sebab bisa jadi, banyak pola pikir kita yang keliru dalam menjalani kehidupan ini, itulah mengapa sulit sekali rasanya untuk menjadi bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Jika Saudara ingin bahagia, maka pahamilah Sabda Bahagia dengan konsep yang tepat, ubahlah pola pikir Saudara, bahkan malah bertobatlah dari pola pikir yang keliru. Amin.

MENGASIHI, PR SEPANJANG MASA

Renungan Minggu Ini 20Februari 2022

 (Minggu Biasa, Minggu Ketiga)

MENGASIHI, PR SEPANJANG MASA"

(Kejadian 45:3-11, 15 dan Lukas 6:27-28)

 

“Kasih lagi, kasih lagi, mengampuni lagi, mengampuni lagi!” Entah sudah berapa banyak khotbah mengenai kasih dan pengampunan yang sudah Saudara dengar. Semakin lama Saudara menjadi pengikut Kristus, mungkin perintah-perintah tersebut sudah sering Saudara dengar. Pertanyaannya, seberapa banyak dari kita yang sungguh-sungguh belajar untuk berlatih mengenai dua hal tersebut? Kehidupan kita dalam banyak aspek dan tempat, entah di rumah, di jalanan, di gereja, di kantor, dll adalah arena terbaik untuk berlatih mengenai dua hal tersebut. Mengingat bahwa kehidupan kita tak pernah terlepas dari orang lain yang tak sedikit menjengkelkan atau melukai kita.

Perihal mengasihi ataupun mengampuni adalah pekerjaan rumah sepanjang masa bagi manusia. Yesus mengingatkan lagi dalam bacaan Injil sehingga kita selalu ingat, ada pekerjaan rumah yang perlu kita selesaikan. Pekerjaan rumah yang diselesaikan dengan baik oleh Yusuf, namun mungkin masih kita gumuli hingga hari ini. Pada Minggu ini, kita akan kembali menggumuli perihal mengasihi ini, secara khusus pada mereka yang melukai kita. Amin

4D (DOSA DIAKUI, DIAMPUNI, DIUTUS)

Renungan Minggu Ini 6Februari 2022

 (Minggu Biasa, Minggu Pertama)

4D (DOSA DIAKUI, DIAMPUNI, DIUTUS)"

(Yesaya 6:1-8 (9-13) dan Lukas 5:1-11)

 

Melalui bacaan pertama, kita mengenal Yesaya sebagai sosok yang memiliki kesadaran bahwa dirinya berdosa. Dia mengakuinya, tak juga mengelaknya. Itulah sikap pertama yang perlu dibangun atas dosa. Namun dia juga adalah orang-orang yang merasakan kasih pengampunan dari Allah. Itulah sikap kedua yang perlu diyakini sebagai orang yang berdosa dan menyesal. Sikap ketiga adalah,  kemudian bersedia untuk diutus mewartakan misi Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan manusia yang berdosa tak lantas menjadi penghalang bagi Allah untuk memanggil manusia, demikian juga bagi manusia untuk bersedia diutus Allah. Sungguh nyata bahwa penerimaan dan pengampunan memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mengubah kehidupan seseorang, khususnya dalam hal kesediaan berkarya bagi Allah.

Kadangkala, kita tak selalu mudah bahkan untuk sampai pada sikap yang pertama sekalipun. Mengakui dosa sendiri terdengar mudah, namun tak selalu semudah kedengarannya. Ada juga yang mungkin mengakui dosanya, namun tak sepenuhnya meyakini dalam hati bahwa Allah memberikan pengampunan sehingga terus-terusan menghukum atau menghakimi dirinya sendiri. Terlebih untuk sampai pada sikap yang ketiga, tentu menjadi perjalanan panjang yang perlu untuk digumuli. Maka sanggupkah kita melakukan 4 D? Dosa Diakui, Diampuni dan Diutus. Amin