“KETAATAN SEBAGAI NILAI LUHUR KEHIDUPAN”

Renungan Minggu Ini

Minggu,11 Agustus 2019 (Minggu Kedua, Minggu Biasa)

“KETAATAN SEBAGAI NILAI LUHUR KEHIDUPAN”

(Ibrani 11: 1-3, 8-16 dan Lukas 12:32-40)
 

Dalam surat pada jemaat di Ibrani, penulis terlebih dahulu menjelaskan makna dari iman. Iman adalah percaya kepada hal-hal yang belum kelihatan. Iman adalah bukti dari sesuatu yang tidak kita lihat, segala sesuatu yang kita harapkan. Iman bukanlah percaya kepada yang tidak dikenal, kerena melalui iman kita dapat mengetahui hal-hal yang tidak kelihatan oleh mata dan tetap taat pada yang diyakini. Penulis Ibrani memberikan contoh tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang hidup oleh iman dan ketaatannya, di antaranya Habel, Henokh, dan Nuh. Namun bacaan kita memusatkan perhatian kepada iman Abraham. Iman mendorong Abraham untuk taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dia sungguh-sungguh menghidupi imannya. Meskipun dalam perjalanan kehidupan ia diperhadapkan dengan berbagai tantangan, hal itu tidak membuatnya terjatuh. Ia tetap kuat dan taat serta mengimani bahwa janji Tuhan akan digenapi.

Berbahagialah orang-orang yang dengan setia dan taat menantikan kedatangan Anak Manusia dalam iman dan dengan penuh kewaspadaan. Untuk mengajarkan hal itu, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang hamba yang tengah menantikan tuannya pulang dari pesta perkawinan. Hamba itu tidak tahu persis waktu kepulangan tuannya namun Yesus mengingatkan bahwa seorang hamba harus tetap bersiap. Itu berarti hamba harus selalu dalam keadaan waspada supaya kalau sewaktu-waktu tuannya datang, hamba itu kedapatan siap untuk menyambut tuannya. Orang Kristen yang mengaku beriman kepada Yesus tidak cukup menyatakannya melalui ucapan dan pengakuan. Iman itu harus disertai dengan tindakan dalam hidup keseharian. Orang Kristen harus berani untuk mengekspresikan imannya dengan sikap ketaatan dengan melakukan sabda Tuhan. Amin.