SALING MENGGEMBALAKAN DALAM KESEHATIAN

Renungan Minggu Ini

 (Minggu Pertama,Minggu Paskah IV)

SALING MENGGEMBALAKAN DALAM KESEHATIAN

(Kisah Para Rasul 2: 42-47 dan Yohanes 10:1-10)

Dalam bacaan kita hari ini, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai pintu, secara lebih spesifik pintu kandang domba, untuk beberapa maksud. Pertama, Yesus ingin menggali motivasi para pemimipin agama Yahudi pada saat itu, apakah mereka berada di tengah-tengah umat dengan motivasi yang benar. Kedua, kalau Yesus menyimbolkan diri sebagai pintu, itu berarti Ia menggambarkan bahwa melalui-Nyalah umat, sebagai kawanan domba Allah, menemukan damai dan sejahtera. Selanjutnya, Yesus juga melukiskan sosok diri-Nya sebagai gembala bagi domba-domba yang keluar dari kandang itu. Dengan gambaran ini, Yesus hendak menggambarkan bahwa kesejatian seorang gembala tidak terletak pada status yang disandang, melainkan pada kesediaanya berbagi bahkan berkurban hidup bagi domba-dombanya. Ia bukan hanya hidup bersama domba-dombanya, melainkan hidup untuk mereka.

Spirit kegembalaan bukan hanya kita temukan dalam diri Yesus, namun juga dalam diri para murid-Nya. Dalam kisah cara hidup jemaat pertama di Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa mereka bukan sekadar hidup bersama, namun mereka hidup untuk satu sama lain. Mereka tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan berbagi peran dan sumber daya kehidupan untuk kepentingan bersama. Sehingga buah dari cara hidup itu adalah komunitas mereka disukai banyak orang dan semakin bertambah jumlahnya. Cara hidup itu memperlihatkan kesehatian dan kesediaan untuk saling berbagi kehidupan. Dengan praktik hidup seperti itulah mereka sesungguhnya saling menggembalakan satu sama lain : saling mengasihi, saling memperhatikan, saling menopang, dansaling berbagi.

Kondisi pandemi yang kita hadapi ini merupakan panggilan bagi kita untuk meneladani Yesus dan meneladani murid-murid-Nya –untuk hidup saling menggembalakan dalam kesehatian. Justru di tengah kondisi krisis karena pandemi inilah, kita diajak untuk saling menggembalakan satu sama lain dalam kesehatian. Di dalam kondisi krisis inilah kita meneladani Kristus dan meneladani murid-murid Kristus