KETIKA ALLAH MENGANGKAT YANG KECIL DAN RAPUH

Renungan Minggu Ini 19Desember 2021

 (Adven Minggu IV, Minggu Ketiga)

KETIKA ALLAH MENGANGKAT YANG KECIL DAN RAPUH"

(Mikha 5:1-4a, Lukas 1:39-55)

Hadirnya Mesias dari Betlehem Efrata sebagaimana disabdakan melalui Nabi Mikha, merupakan gambaran bahwa Allah berkenan mengangkat yang kecil dan rapuh untuk mewujudkan karya-Nya. Betlehem bukanlah kota utama di daerah Yudea. Namun toh Allah berkenan menghadirkan Mesias dari daerah minor itu. Walaupun dikatakan bahwa Allah akan mengutus “seorang yang akan memerintah Israel” (Mik. 5:1), orang itu tidaklah muncul dari istana raja di Yerusalem.

Demikian juga, Allah berkenan memakai Maria, seorang gadis Yahudi yang bukan keturunan bangsawan, bukan pula gadis yang terkenal, melainkan seorang yang sederhana dan dari masyarakat biasa, untuk mengandung dan melahirkan bayi Yesus. Dalam nyanyian Maria (Luk. 1:46-55), ia menyadari dan mengidentifikasi dirinya sebagai “hamba” dan “orang yang rendah”. Walau demikian, kekristenan purba menyebut Maria sebagai “sang wadah dari yang tak terwadahi” yang menggambarkan bahwa walaupun Maria penuh dengan keterbatasan, namun ia dipakai Allah untuk mengandung Yesus, Putera Allah. Kenyataan ini menunjukkan betapa Allah bisa mengangkat yang kecil dan rapuh untuk melakukan kehendak-Nya.

Dunia ini memikat kita untuk berlomba-lomba menjadi “juragan”, “sultan”, “boss” yang dipandang tinggi, kuat, dan berkuasa. Padahal firman Tuhan pada Minggu keempat di Masa Adven ini mengajak kita untuk menyadari bahwa yang kecil, rapuh, dan lemah pun bisa diangkat dan dimuliakan oleh Allah demi menyatakan kehendak-Nya. Tuhan memberkati.

SUKACITA DAN PERUBAHAN HIDUP SEBAGAI KEBAJIKAN

Renungan Minggu Ini 12Desember 2021

 (Adven Minggu III, Minggu Kedua)

SUKACITA DAN PERUBAHAN HIDUP SEBAGAI KEBAJIKAN

Filipi 4:4-7, Lukas 3:7-18

Minggu ketiga di Masa Adven disebut "Gaudete Sunday" atau Minggu Sukacita. Rasul Paulus, walaupun dari dalam penjara, menyerukan kepada umat untuk menjalani kehidupan dan persekutuan mereka dalam sukacita senantiasa. Apa sih yang dimaksudkan dengan sukacita itu? Tentu bersukacita yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus bukan berarti bersenang-senang buat diri sendiri, melainkan menghadirkan sukacita bagi sesama melalui kebajikan. Yohanes Pem-baptis menyerukan perubahan hidup sebagai "buah pertobatan". Buah-buah kehidupan yang baik tentu saja akan memberi sukacita bagi orang yang memakannya. Dengan demikian, perubahan hidup sejati mestilah membawa sukacita.Di berbagai belahan dunia pada masa kini, ada banyak orang yang sulit menemukan sukacita dalam hidupnya. Ada banyak orang didera kemiskinan karena pengangguran, penderitaan akibat bencana, kesusahan hidup akibat terjerat utang, dan mengalami kesepian dalam kesendirian hidup. Di Jepang, misalnya, kasus-kasus kodokushi (lansia yang meninggal dalam kesendirian dan baru ditemukan beberapa waktu lamanya) jumlahnya meningkat. Orang-orang yang hidupnya merana ini membutuhkan teman yang mau berbagi sukacita bersama mereka. Kalau kita hidup hanya untuk diri sendiri, bagaimana mereka yang menderita dapat mengalami sukacita.

Mari, isi pekan ini dengan memandang hidup dalam sukacita dan dengan membagikan suka-cita itu bersama orang-orang di sekitar kita. Tuhan memberkati.

DI DUNIA YANG RAPUH, AJARKANLAH KEBENARAN!

Renungan Minggu Ini 14November 2021

 (Minggu Biasa, Minggu Kedua)

“DI DUNIA YANG RAPUH, AJARKANLAH KEBENARAN!”

Daniel 12:1-3, Markus 13:1-8

Gambaran akhir zaman versi Yesus – sebagaimana digambarkan oleh penulis Injil Markus – merupakan sebuah dystopia - gambaran kehancuran dunia yang rapuh dilanda perang, gempa bumi dan kelaparan. Di tengah dunia yang rapuh itulah, orang-orang beriman diharapkan untuk menjadi orang-orang bijaksana yang menuntun banyak orang kepada kebenaran. Orang-orang seperti itu memang akan mengalami tantangan, namun Yesus mengafirmasi agar tidak perlu kuatir, karena Roh Kudus akan memampukan untuk mengatakan kebenaran.

Deskripsi yang Yesus berikan itu sebenarnya senada dengan apa yang sudah disampaikan oleh Daniel jauh sebelumnya. Daniel menggambarkan adanya suatu masa kesesakan/kesusahan yang melanda umat manusia. Penggambaran Daniel tentang akhir zaman itu juga meliputi suatu peristiwa kebangkitan orang-orang mati, di mana sebagian bangkit untuk menerima hidup yang kekal, sedangkan bagian lainnya untuk menerima kengerian yang kekal.

Di tengah kondisi dunia yang demikian rapuh pada masa kini, di mana peperangan masih juga terjadi di berbagai tempat, pandemi masih mengancam, serta perusakan dan bencana alam terus terjadi, kita diajak untuk tidak tinggal diam. Kita diajak untuk memperbaiki dunia yang rapuh dengan mengajarkan kebenaran kepada sesama. Bukan semata-mata mengajarkan agama atau mengkristenkan orang, namun mengajarkan bagaimana hidup yang benar di masa kini.

DIUTUS UNTUK DUNIA YANG RAPUH

Renungan Minggu Ini 5Desember 2021

 (Adven Minggu II, Minggu Pertama)

“DIUTUS UNTUK DUNIA YANG RAPUH”

Maleakhi 3:1-4, Lukas 3:1-6

Penulis kitab Maleakhi menggambarkan kedatangan Tuhan sebagai sesuatu yang meng-gentarkan, yang membawa pemurnian atas umat manusia. Umat manusia dan dunia digambarkan begitu rapuh dan tidak akan tahan menghadapi kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan digambarkan seperti api pemurni logam dan sabun tukang penatu – memurnikan dan menyucikan yang bernoda. Maleakhi dan segenap umat tentu menyadari bahwa kondisi mereka jauh dari murni dan suci. Karena itulah kedatangan Allah yang memurnikan dan menyucikan justru menjadi momen yang menggentarkan.

Penulis Injil Lukas menampilkan sosok Yohanes Pembaptis sebagai seorang utusan Tuhan yang mengajak umat untuk bertobat dan memulai lembar kehidupan baru melalui baptisan. Sosok Yohanes digambarkan sebagai orang yang hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan – hidup di padang gurun. Umat Yahudi sendiri saat itu sedang hidup dalam kerapuhan karena ditindas oleh penguasa bangsa Romawi.

Dunia, negara, masyarakat, keluarga, bahkan diri kita saat ini pun sesungguhnya dalam kondisi jauh dari murni dan suci. Kita menjalani hidup dalam kerapuhan dan hanya mampu melangkah perlahan ke depan. Namun seperti Yohanes, kita pun diutus bagi dunia yang rapuh ini. Maukah kita memberi diri diutus untuk mewujudnyatakan kebaikan, keadilan, kemurahan hati, dan damai sejahtera? Tuhan memberkati

MERAWAT KEHIDUPAN DENGAN MERENGKUH YANG RAPUH

Renungan Minggu Ini 7November 2021

 (Minggu Biasa, Minggu Pertama)

“MERAWAT KEHIDUPAN DENGAN MERENGKUH YANG RAPUH”

Ruth 3:1-5; 4:13-17, Markus 12:38-44

 Tindakan Boas mengambil Rut sebagai istrinya melalui tradisi perkawinan levirat (perkawinan antara seorang janda dengan saudara mendiang suaminya) merupakan wujud upayanya merawat kehidupan, baik kehidupan Naomi, Rut, maupun mendiang Mahlon. Dalam kultur masyarakat Yahudi, seorang janda yang tak lagi memiliki siapa pun yang dapat menafkahi kehidupannya, haruslah menjadi tanggung jawab masyarakat. Tergeraknya Boas untuk memperistri Rut – terlepas dari ketertarikannya terhadap kecantikan Rut – merupakan wujud “jejaring sosial” yang berjalan dengan baik di Betlehem.Adanya realitas seorang janda yang hanya sanggup mempersembahkan dua peser (jumlah persembahan terkecil yang diperkenankan di rumah ibadah Yahudi) dalam narasi Injil Markus menunjukkan kegagalan masyarakat merawat kehidupan sang janda. Hal itu memperlihatkan pula kegagalan pemimpin umat – khususnya ahli-ahli Tauratyang semestinya melindungi para janda yang lemah. Pujian Yesus atas tindakan sang janda yang mempersembahkan “seluruh nafkahnya”, di sisi lain merupakan ironi ketidakpedulian umat atas mereka yang rapuh.

Di masa kini, kita diajak untuk menjadi lebih peka terhadap kehadiran sesama yang lemah di sekitar kita, agar jangan sampai mereka yang hidup dalam kerapuhan menjadi semakin terpuruk kondisinya. Mari rawat kehidupan dengan merengkuh mereka yang rapuh. Tuhan memberkati.