" DIMERDEKAKAN DARI RASA TAKUT “

RENUNGAN MINGGU

"DIMERDEKAKAN DARI RASA TAKUT

Matius 14:22-33

“Tuhan tolonglah aku!” Demikian teriak Petrus saat itu. Dia sedang menghadapi sesuatu yang menakutkan. Jika kita lihat kehidupan sehari-hari, kita pun sering berteriak meminta diselamatkan dari keadaan yang kita takuti. Kita ingin melarikan diri dari badai kehidupan, bahkan berharap Tuhan membaringkan kita di tempat lain yang lebih aman, tenang dan nyaman. Yesus tidak melakukan hal yang demikian (setidaknya dalam bacaan hari ini). Justru dari dan dalam badai yang mau kita hindari itu, Yesus hadir dan mendatangi Petrus. Sederhananya, Yesus tidak membawa Petrus keluar dari badai, melainkan memasuki badai itu.

Bagaimana jika rupanya Yesus memang tidak kita temukan di luar badai, melainkan justru di dalam badai? Kisah ini menunjukkan pada kita, bahwa ketakutan yang selalu coba kita hindari, justru disanalah kita menemukan Dia. Persis di tempat dimana ketakutan itu kita letakkan. Ia ada dalam badai, dalam hal yang kita takuti. Ketika kita melihat kehidupan kita baik secara personal ataupun dalam kehidupan berbangsa, ada banyak hal yang menjadi ketakutan kita. Relasi antar umat beragama, diskriminasi, ketidakadilan, masa depan, kemiskinan, akses pendidikan juga kesehatan yang terbatas, dll. Siapa yang tidak takut menghadapi badai macam itu? Namun, rupanya Dia ada di sana. Maka jangan lari, beranilah! Ia Sang Imanuel! Amin.

" DIMERDEKAKAN DARI KEKURANGAN “

Renungan MInggu 6 Agustus 2023

"DIMERDEKAKAN DARI KEKURANGAN

“Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Pernahkah kita mengatakan hal tersebut dalam kehidupan keseharian? Bahwa tidak banyak yang kita miliki, bisa kurang bisa cukup, namun merasa tak lebih jika harus dibagikan lagi pada orang lain. Saudara tentu tahu perasaan seperti itu. Dalam masa 5 roti dan 2 ikan, hidup ini terasa payah dan lelah, mungkin juga ingin menyerah. Seperti para murid yang ingin meminta orang-orang banyak yang mengikuti Yesus untuk pergi mencari makan mereka sendiri, mungkin kita juga mulai berpikir bukan hanya tidak cukup untuk orang lain, tapi yang saya punya sekarang bahkan tidak cukup untuk diri saya sendiri.

Kisah lima roti dan 2 ikan bukan sekedar kisah mengenai kurangnya makanan untuk kita dan orang lain, kadangkala ini lebih soal Yesus yang ingin memerdekakan kita dari mental merasa kurang dan tak cukup, sehingga kita pun bisa bergerak untuk menyediakan dari apa yang kita punya. Masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam garis kemiskinan, kita tentu tak bisa menyelesaikan masalah itu dengan mudah, tapi setidaknya mari bergerak, dalam derap langkah berbagi kecukupan untuk memerdekakan sesama kita. Amin.

" SAMA-SAMA BERTUMBUH, TAPI ... “

"SAMA-SAMA BERTUMBUH, TAPI ...

Kejadian 25:19-34, Matius 13:1-9, 18-23

Esau dan Yakub dikandung dalam rahim yang sama. Namun, kedua kakak-beradik sekandung itu kemudian bertumbuh dengan karakter yang berbeda. Esau senang berburu, sedangkan Yakub adalah "anak rumahan". Kedua orang tuanya pun ternyata punya "anak emas" masing-masing – Ishak lebih menyayangi Esau, sedangkan Ribka lebih menyayangi Yakub. Keduanya kemudian bertumbuh dalam persaingan saudara kandung (sibling rivalry) yang tidak terselesaikan dengan baik. Akibatnya, kita tahu bahwa sampai dewasa pun mereka tetap terus bertengkar. Mereka memang bertumbuh di keluarga yang sama, tapi dengan pola asuh yang menciptakan favoritisme orang tuanya.

Dalam bacaan Injil, Yesus menggambarkan bahwa benih bisa jatuh di berbagai tempat: di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, di tengah semak duri, dan di tanah yang baik. Benih yang pertama tidak sempat tumbuh karena dimakan burung. Ketiga benih yang terakhir bisa bertumbuh, namun hasil pertumbuhannya berbeda-beda, tergantung di mana benih itu jatuh. Semua orang kristen mendengar firman Tuhan yang sama, tetapi pertumbuhan imannya berbeda-beda, tergantung bagaimana ia menyikapi lingkungan di mana ia hidup. Karena itu pastikan kita memiliki circle pergaulan yang sehat, bukan yang toxic atau merusak. Lingkungan pergaulan yang sehat bukan berarti kita hanya mau berteman dengan yang satu suku, satu agama, atau satu gereja, melainkan yang membuat kita bertumbuh dalam kasih, perdamaian, keadilan, dan persaudaraan. Amin.

MEMPERJUANGKAN KERAJAAN SURGA

"MEMPERJUANGKAN KERAJAAN SURGA"

Roma 8:26-39, Matius 13:31-33, 44-52

Dalam suratnya pada jemaat Roma Paulus menulis tentang pengharapan anak-anak Allah dalam jerih payah dan perjuangan hidupnya. Hal itu juga dirasakan oleh jemaat di kota Roma yang masih berjuang untuk menumbuhkan iman mereka. Bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk beralih dari iman yang lama (agama mitologis Yunani atau agama Yahudi) kepada iman Kristen. Untuk itu Paulus memberikan pengajaran bahwa Allah telah mencurahkan Roh Kudus yg selalu menyertai dalam setiap perjuangan hidup yang dijalani. Allah selalu berada di pihak orang-orang yang mau berjuang demi kebaikan.

Dua  perumpamaan yang Yesus ceritakan, yaitu tentang biji sesawi dan ragi, hendak mengajarkan bahwa pewujudan Kerajaan Surga merupakan sebuah proses dan perjuangan (dari kecil menjadi besar), ketimbang sebuah kondisi yang sudah ready. Kerajaan Surga bukanlah tempat atau lokasi. Kerajaan Surga juga bukan berarti banyaknya orang Kristen. Kerajaan Surga berarti mewujudnya nilai-nilai keutamaan yang Allah kehendaki – yaitu kasih, keadilan, dan perdamaian – di tengah kehidupan dunia. Setiap orang percaya perlu memperjuangkan mewujudnya Kerajaan Surga dengan apa yang ia miliki atau lakukan, dengan hati nurani yang baik. Nah, sudahkah kita memperjuangkan Kerajaan Surga melalui kehidupan kita sehari-hari?Amin.

TUHAN MEMBERI KELEGAAN

RENUNGAN MINGGU 9 JULI 2023

TUHAN MEMBERI KELEGAAN

Saat orang tua sudah beranjak lanjut usia, tapi anaknya belum menikah, biasanya timbul kekhawatiran dalam dirinya soal masa depan anaknya. Itu pula yang agaknya dialami oleh Abraham. Ia telah tua, usianya telah lanjut (bdk. Kej. 24:1), namun Ishak belum juga berjodoh. Karena itulah ia mengutus hambanya untuk mencarikan jodoh bagi anak kesayangannya. Setelah menempuh perjalanan panjang, hamba Abraham itu pun sampai di tanah leluhur dan sanak saudara tuannya. Atas pimpinan Tuhan, ia pun dipertemu-kan dengan Ribka. Dan atas pertolongan Tuhan pula Ribka bersedia dipinang bagi Ishak. Tuhan memberi kelegaan bahwa sang hamba dan tentu saja bagi Abraham.

Dalam bacaan Injil, Yesus menyadari bahwa kerap kali dunia bersikap apatis (bdk. Mat. 11:16-19). Karena itulah, Yesus memberi ucapan penghiburan bahwa siapa pun yang letih lesu dan berbeban berat menjalani kehidupan ini boleh datang kepada-Nya, dan Ia akan memberi kelegaan. Salah satu gejala kehidupan sosial yang menguat akhir-akhir ini adalah meningkatnya individualitas. Prinsip pencarian kepuasan pribadi, sikap bodo amat terhadap pendapat dan keberadaan orang lain, bahkan atmosfer kompetisi yang demikian panas, membuat banyak orang merasa lelah, kesepian, dan terancam. Dalam kondisi sosial yang melelahkan itulah, orang-orang percaya bisa menemukan “oase rohani” dalam Yesus. Melalui relasi yang erat dengan Kristus dan Sabda-Nya, kita menemukan kelegaan dan ketenangan menjalani kehidupan sehari-hari. Amin